On behalf of Mas Dharendra:
Sebagian dari kita mengenal ilmu ekonomi pada waktu dan situasi yang berbeda-beda. Ada yang secara tak sengaja (by accident) ada pula memang sejak awal direncanakan (by design). Ada yang mempelajari secara formal, ada yang mengambil jalur otodidak. Beberapa orang sengaja memilih jurusan IPS waktu di bangku SMA atau sekedar menjadikan pilihan ilmu ekonomi sebagai cadangan/bantalan pengaman saat memilih jurusan dalam tes PP/Sipenmaru/UMPTN/SPMB/UM. Ada yang mendadak harus mendalaminya karena tuntutan dunia kerja yang berubah atau tidak cocok dengan latar belakang keilmuan sebelumnya, ada yang terpaksa mempelajarinya karena lingkungan sosial dan pergaulannya maupun faktor lain.
Untuk mendalami ilmu ekonomi, sebagian besar kita merasa dituntut membaca buku-buku babon (text book) seperti Economics (Samuelson), Macroeconomics (Mankiw), Microeconomics (Varian) untuk tingkat dasar. Setelahnya ada beberapa buku teks yang lebih spesifik terkait Keuangan, Bisnis, Perbankan, Investasi, Moneter, Pembangunan, Publik dan derivasi lainnya. Selain itu, mahasiswa ilmu ekonomi juga wajib mempelajari berbagai macam analysis tools untuk melengkapi dasar ilmunya. Itu belum termasuk buku-buku klasik seperti "Wealth of Nations" karangan Adam Smith atau "General Theory"-nya Keynes. Sebagian orang kepincut dengan literatur ekonomi non-mainstream seperti Marxism dalam buku Das Kapital, atau teori-teori alternatif seperti Heterodox, Institutionalist, New Classic, Ekono-fisika, Behavioural, Pancasila, Kerakyatan, Syariah dan lain sebagainya.
Meskipun sempat mendapat julukan “ilmu yang suram” (dismal science) dan kritikan pedas terutama dianggap tidak mampu mengatasi kejadian krisis ekonomi yang terjadi berulang kali. Tetap saja sebagian kalangan masih menganggap ilmu ekonomi sebagai queen of social sciences karena kemampuan beradaptasi dengan ilmu lainnya seperti filsafat, sejarah, matematika, statistika, psikologi, politik, bahkan kedokteran. Selain itu, aktivitas terkait ilmu ekonomi merupakan hal yang lekat dengan kehidupan masyarakat sehari-hari dan bersifat jangka panjang. Tidak pernah dalam satu haripun media massa tidak mencantumkan pemberitaan mengenai bidang ekonomi.
Tanpa berupaya memihak salah satu aliran/tokoh ekonomi diatas, saya ingin menunjukkan gaya atau pendekatan lain dalam mengenal ilmu ekonomi. Selain melalui media massa konvensional (koran, majalah, TV) saat ini masyarakat dihadapkan dengan lebih banyak pilihan melalui media online (website, wikipedia, blog, milis, tweeter). Transfer pengetahuan dan akses terhadap informasi menjadi lebih mudah dari yang dibayangkan sebelumnya. Orang tidak perlu mengikuti kelas perkuliahan dan tidak usah membuka buku-buku tebal. Bagi saya, untuk mengenal ilmu ekonomi dapat dilakukan dengan berbagai hal melalui bermacam-macam sarana.
Movies Made Easy
Beberapa film memuat sebagian sejarah atau perkembangan ilmu ekonomi. Salah satu favorit saya adalah "A Beautiful Mind" yang dibintangi oleh Russel Crowe. Film keluaran 2001 yang memenangi empat Academy Awards ini diinspirasi oleh biografi John Nash, seorang penerima anugerah Nobel Ekonomi untuk temuannya dalam pengembangan Teori Permainan (Game Theory). Alur cerita mengetengahkan tema sentral mengenai terbentuknya teori dalam strategi menentukan pilihan. Studi ini memang sangat krusial dan sudah mulai masuk sebagai kurikulum standar mahasiswa ilmu ekonomi.
Film favorit saya selanjutnya adalah Rogue Trader yang dibintangi oleh nominator Oscar, Ewan McGregor. Bintang asal Skotlandia ini berperan sebagai Nick Leeson seorang bankir sekaligus broker instrumen investasi derivatif yang sukses membangkrutkan Barrings Bank melalui serangkaian kejahatan dalam transaksi ilegalnya. Mengambil lokasi syuting di London, Jakarta, Singapura, dan Malaysia. Tampil dalam film ini suasana Jakarta pada era 1990an (di saat perekonomian Asia Tenggara mendapat titel Macan Asia) dengan pemandangan area kuliner Jalan Sabang jaman dulu (Bir Bintang mendapat spot khusus dalam beberapa adegan).
The Wonderful Wizard of Oz merupakan film produksi 1939 yang merupakan adaptasi novel grafis karangan L. Frank Baum dan ilustrator W.W. Denslow. Berkisah mengenai petualangan si gadis cilik Dorothy di sebuah alam fiksi bernama Land of Oz. Cerita ini memiliki interpretasi politik dan ekonomi terutama mengenai kebijakan moneter pemerintah Amerika pada saat itu yang menerapkan standar emas dalam penentuan nilai tukar Dolar dan pengaruhnya terhadap penciptaan lapangan kerja dan perekonomian pada umumnya.
Adapun, sebagian besar film yang bertemakan ekonomi umumnya berupa film dokumenter. Favorit saya adalah film-film besutan sutradara Michael Moore yang karyanya selalu mengguncang perhatian pemirsa maupun kalangan pemerintah Amerika Serikat. Film terbarunya berjudul "Capitalism: A Love Story" mengambil tema krisis keuangan global tahun 2007-2010 dan kebijakan stimulus fiskal yang cukup kontroversial. Film lainnya berjudul Sicko juga sangat baik dalam mengritisi gagalnya kebijakan jaminan sosial Pemerintah Amerika. Salah satu adegan paling menyentuh adalah ketika petugas pemadam kebakaran yang cedera ketika bertugas dalam peristiwa 9/11 tidak mendapat asuransi pengobatan di dalam negeri dan akhirnya memilih berobat gratis ke negara tetangga sekaligus seteru pemerintah AS yaitu negara sosialis Kuba.
Film doku-drama bertemakan ekonomi yang terakhir kali saya tonton adalah Inside Job, film ini sangat mengesankan karena menampilkan Matt Damon sebagai narator dan berhasil memenangkan penghargaan Academy Award for Best Documentary Feature pada tahun 2011. Berkat film ini pula, kalangan selebritas dan sosialita menjadi agak tercerahkan mengenai latar belakang peristiwa krisis keuangan global yang ternyata melibatkan korupsi sistemik dalam dunia perbankan, keuangan, derivatif, dan pendidikan!
Media lain yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana pembelajaran adalah buku populer seperti Freakonomics, Superfreakonomics, Dear Economist, dan Undercover Economist. Buku-buku tersebut berhasil mengakrabkan para pembaca tanpa harus menampilkan grafik-grafik rumit, persamaan matematis yang canggih, maupun tabel-tabel berisi data-data detail. Dengan penjelasan verbal dan menggunakan bahasa yang gaul. Buku-buku itu juga mendapat predikat best-seller karena kepandaiannya menganalisis permasalahan sosial secara umum (tidak selalu berkaitan dengan ekonomi) menggunakan logika ekonomi yang dapat diterima oleh kalangan awam. Oh ya, buku Freakonomics juga sudah diangkat dalam film dengan judul yang sama. Dalam versi filmnya, Freakonomics mengambil beberapa bab dalam versi buku dengan disertai animasi pendukung yang cukup memikat.
Beberapa waktu lalu, saya cukup surprise menemui buku komik Jepang (manga) berjudul Ministry of Finance di salah satu rak toko buku terkemuka di Jakarta. Manga ini menampilkan potret birokrasi sekaligus pengambilan kebijakan ekonomi di Jepang. Mengambil tokoh bernama Shigeo Hirayama, seorang fresh graduate yang bekerja di Kementerian Keuangan setelah menempuh serangkaian tes CPNS yang cukup ketat dan memiliki cita-cita idealis dalam menentukan arah kebijakan perekonomian bangsanya. Berbagai persoalan seperti korupsi, gratifikasi, penggelapan pajak, maupun kejadian yang lazim terjadi dalam lingkungan pemerintahan berhasil digambarkan secara apik dan kocak oleh mangaka Nabeta Yoshio dan Namiki Hiromi.
Bagi yang ingin mendalami ilmu ekonomi lebih serius melalui media alternatif (di luar bangku kuliah), dapat mencoba untuk mengunduh materi seminar, ceramah, talkshow, maupun handout yang sebenarnya diperuntukkan untuk kalangan mahasiswa/pengamat. Beberapa situs yang dikelola oleh fakultas ekonomi di berbagai universitas sangat baik menampilkan materi seperti ini. Format file bisa diakses dalam bentuk pdf maupun file multimedia (podcast). Beberapa seri dokumenter serius seperti Commanding Heights - The Battle for the World Economy yang sebelumnya ditayangkan oleh stasiun TV PBS juga memberikan banyak informasi terkait perkembangan sistem perkeonomian di berbagai belahan dunia. Beberapa waktu lalu, saya berhasil mengunduh file sebesar 6,3 gigabita serial diskusi Free To Choose yang menampilkan Milton Friedman (peraih Nobel Ekonomi tahun 1976 untuk pencapaiannya di bidang analisis konsumsi, teori dan sejarah moneter, dan demonstrasi kompleksitas dari kebijakan tentang stabilisasi).
Last but not least, media alternatif tersebut diatas dapat dijadikan sarana pembelajaran ilmu ekonomi disamping media-media konvensional maupun metode pembelajaran klasik seperti kuliah, tutorial, atau seminar. Hal ini cukup membantu bagi mahasiswa yang menemui kesulitan mencerna materi/alur pikir dalam beberapa mata kuliah ilmu ekonomi melalui penjelasan visual yang relatif mudah disimak. Selain itu, media alternatif ini juga dapat menjadi instrumen pengenalan logika ilmu ekonomi kepada kalangan awam yang sama sekali tidak pernah bersentuhan dengan buku teks wajib melalui penjelasan verbal dan analogi yang disampaikan secara unik lewat gaya bahasa menggelitik. Adapun, hal yang perlu diingat adalah perbedaan antara learning dan studying. Yang pertama mungkin dapat dilakukan melalui media alternatif seperti ini, namun apabila seseorang menghendaki pemahaman yang mendalam dan komprehensif (hanya melalui study) tak pelak orang itu harus menghadapi serangkaian penjelasan dalam materi-materi di dalam buku maupun paper yang lebih rinci.
Sebagian dari kita mengenal ilmu ekonomi pada waktu dan situasi yang berbeda-beda. Ada yang secara tak sengaja (by accident) ada pula memang sejak awal direncanakan (by design). Ada yang mempelajari secara formal, ada yang mengambil jalur otodidak. Beberapa orang sengaja memilih jurusan IPS waktu di bangku SMA atau sekedar menjadikan pilihan ilmu ekonomi sebagai cadangan/bantalan pengaman saat memilih jurusan dalam tes PP/Sipenmaru/UMPTN/SPMB/UM. Ada yang mendadak harus mendalaminya karena tuntutan dunia kerja yang berubah atau tidak cocok dengan latar belakang keilmuan sebelumnya, ada yang terpaksa mempelajarinya karena lingkungan sosial dan pergaulannya maupun faktor lain.
Untuk mendalami ilmu ekonomi, sebagian besar kita merasa dituntut membaca buku-buku babon (text book) seperti Economics (Samuelson), Macroeconomics (Mankiw), Microeconomics (Varian) untuk tingkat dasar. Setelahnya ada beberapa buku teks yang lebih spesifik terkait Keuangan, Bisnis, Perbankan, Investasi, Moneter, Pembangunan, Publik dan derivasi lainnya. Selain itu, mahasiswa ilmu ekonomi juga wajib mempelajari berbagai macam analysis tools untuk melengkapi dasar ilmunya. Itu belum termasuk buku-buku klasik seperti "Wealth of Nations" karangan Adam Smith atau "General Theory"-nya Keynes. Sebagian orang kepincut dengan literatur ekonomi non-mainstream seperti Marxism dalam buku Das Kapital, atau teori-teori alternatif seperti Heterodox, Institutionalist, New Classic, Ekono-fisika, Behavioural, Pancasila, Kerakyatan, Syariah dan lain sebagainya.
Meskipun sempat mendapat julukan “ilmu yang suram” (dismal science) dan kritikan pedas terutama dianggap tidak mampu mengatasi kejadian krisis ekonomi yang terjadi berulang kali. Tetap saja sebagian kalangan masih menganggap ilmu ekonomi sebagai queen of social sciences karena kemampuan beradaptasi dengan ilmu lainnya seperti filsafat, sejarah, matematika, statistika, psikologi, politik, bahkan kedokteran. Selain itu, aktivitas terkait ilmu ekonomi merupakan hal yang lekat dengan kehidupan masyarakat sehari-hari dan bersifat jangka panjang. Tidak pernah dalam satu haripun media massa tidak mencantumkan pemberitaan mengenai bidang ekonomi.
Tanpa berupaya memihak salah satu aliran/tokoh ekonomi diatas, saya ingin menunjukkan gaya atau pendekatan lain dalam mengenal ilmu ekonomi. Selain melalui media massa konvensional (koran, majalah, TV) saat ini masyarakat dihadapkan dengan lebih banyak pilihan melalui media online (website, wikipedia, blog, milis, tweeter). Transfer pengetahuan dan akses terhadap informasi menjadi lebih mudah dari yang dibayangkan sebelumnya. Orang tidak perlu mengikuti kelas perkuliahan dan tidak usah membuka buku-buku tebal. Bagi saya, untuk mengenal ilmu ekonomi dapat dilakukan dengan berbagai hal melalui bermacam-macam sarana.
Movies Made Easy
Beberapa film memuat sebagian sejarah atau perkembangan ilmu ekonomi. Salah satu favorit saya adalah "A Beautiful Mind" yang dibintangi oleh Russel Crowe. Film keluaran 2001 yang memenangi empat Academy Awards ini diinspirasi oleh biografi John Nash, seorang penerima anugerah Nobel Ekonomi untuk temuannya dalam pengembangan Teori Permainan (Game Theory). Alur cerita mengetengahkan tema sentral mengenai terbentuknya teori dalam strategi menentukan pilihan. Studi ini memang sangat krusial dan sudah mulai masuk sebagai kurikulum standar mahasiswa ilmu ekonomi.
Film favorit saya selanjutnya adalah Rogue Trader yang dibintangi oleh nominator Oscar, Ewan McGregor. Bintang asal Skotlandia ini berperan sebagai Nick Leeson seorang bankir sekaligus broker instrumen investasi derivatif yang sukses membangkrutkan Barrings Bank melalui serangkaian kejahatan dalam transaksi ilegalnya. Mengambil lokasi syuting di London, Jakarta, Singapura, dan Malaysia. Tampil dalam film ini suasana Jakarta pada era 1990an (di saat perekonomian Asia Tenggara mendapat titel Macan Asia) dengan pemandangan area kuliner Jalan Sabang jaman dulu (Bir Bintang mendapat spot khusus dalam beberapa adegan).
The Wonderful Wizard of Oz merupakan film produksi 1939 yang merupakan adaptasi novel grafis karangan L. Frank Baum dan ilustrator W.W. Denslow. Berkisah mengenai petualangan si gadis cilik Dorothy di sebuah alam fiksi bernama Land of Oz. Cerita ini memiliki interpretasi politik dan ekonomi terutama mengenai kebijakan moneter pemerintah Amerika pada saat itu yang menerapkan standar emas dalam penentuan nilai tukar Dolar dan pengaruhnya terhadap penciptaan lapangan kerja dan perekonomian pada umumnya.
Adapun, sebagian besar film yang bertemakan ekonomi umumnya berupa film dokumenter. Favorit saya adalah film-film besutan sutradara Michael Moore yang karyanya selalu mengguncang perhatian pemirsa maupun kalangan pemerintah Amerika Serikat. Film terbarunya berjudul "Capitalism: A Love Story" mengambil tema krisis keuangan global tahun 2007-2010 dan kebijakan stimulus fiskal yang cukup kontroversial. Film lainnya berjudul Sicko juga sangat baik dalam mengritisi gagalnya kebijakan jaminan sosial Pemerintah Amerika. Salah satu adegan paling menyentuh adalah ketika petugas pemadam kebakaran yang cedera ketika bertugas dalam peristiwa 9/11 tidak mendapat asuransi pengobatan di dalam negeri dan akhirnya memilih berobat gratis ke negara tetangga sekaligus seteru pemerintah AS yaitu negara sosialis Kuba.
Film doku-drama bertemakan ekonomi yang terakhir kali saya tonton adalah Inside Job, film ini sangat mengesankan karena menampilkan Matt Damon sebagai narator dan berhasil memenangkan penghargaan Academy Award for Best Documentary Feature pada tahun 2011. Berkat film ini pula, kalangan selebritas dan sosialita menjadi agak tercerahkan mengenai latar belakang peristiwa krisis keuangan global yang ternyata melibatkan korupsi sistemik dalam dunia perbankan, keuangan, derivatif, dan pendidikan!
Media lain yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana pembelajaran adalah buku populer seperti Freakonomics, Superfreakonomics, Dear Economist, dan Undercover Economist. Buku-buku tersebut berhasil mengakrabkan para pembaca tanpa harus menampilkan grafik-grafik rumit, persamaan matematis yang canggih, maupun tabel-tabel berisi data-data detail. Dengan penjelasan verbal dan menggunakan bahasa yang gaul. Buku-buku itu juga mendapat predikat best-seller karena kepandaiannya menganalisis permasalahan sosial secara umum (tidak selalu berkaitan dengan ekonomi) menggunakan logika ekonomi yang dapat diterima oleh kalangan awam. Oh ya, buku Freakonomics juga sudah diangkat dalam film dengan judul yang sama. Dalam versi filmnya, Freakonomics mengambil beberapa bab dalam versi buku dengan disertai animasi pendukung yang cukup memikat.
Beberapa waktu lalu, saya cukup surprise menemui buku komik Jepang (manga) berjudul Ministry of Finance di salah satu rak toko buku terkemuka di Jakarta. Manga ini menampilkan potret birokrasi sekaligus pengambilan kebijakan ekonomi di Jepang. Mengambil tokoh bernama Shigeo Hirayama, seorang fresh graduate yang bekerja di Kementerian Keuangan setelah menempuh serangkaian tes CPNS yang cukup ketat dan memiliki cita-cita idealis dalam menentukan arah kebijakan perekonomian bangsanya. Berbagai persoalan seperti korupsi, gratifikasi, penggelapan pajak, maupun kejadian yang lazim terjadi dalam lingkungan pemerintahan berhasil digambarkan secara apik dan kocak oleh mangaka Nabeta Yoshio dan Namiki Hiromi.
Bagi yang ingin mendalami ilmu ekonomi lebih serius melalui media alternatif (di luar bangku kuliah), dapat mencoba untuk mengunduh materi seminar, ceramah, talkshow, maupun handout yang sebenarnya diperuntukkan untuk kalangan mahasiswa/pengamat. Beberapa situs yang dikelola oleh fakultas ekonomi di berbagai universitas sangat baik menampilkan materi seperti ini. Format file bisa diakses dalam bentuk pdf maupun file multimedia (podcast). Beberapa seri dokumenter serius seperti Commanding Heights - The Battle for the World Economy yang sebelumnya ditayangkan oleh stasiun TV PBS juga memberikan banyak informasi terkait perkembangan sistem perkeonomian di berbagai belahan dunia. Beberapa waktu lalu, saya berhasil mengunduh file sebesar 6,3 gigabita serial diskusi Free To Choose yang menampilkan Milton Friedman (peraih Nobel Ekonomi tahun 1976 untuk pencapaiannya di bidang analisis konsumsi, teori dan sejarah moneter, dan demonstrasi kompleksitas dari kebijakan tentang stabilisasi).
Last but not least, media alternatif tersebut diatas dapat dijadikan sarana pembelajaran ilmu ekonomi disamping media-media konvensional maupun metode pembelajaran klasik seperti kuliah, tutorial, atau seminar. Hal ini cukup membantu bagi mahasiswa yang menemui kesulitan mencerna materi/alur pikir dalam beberapa mata kuliah ilmu ekonomi melalui penjelasan visual yang relatif mudah disimak. Selain itu, media alternatif ini juga dapat menjadi instrumen pengenalan logika ilmu ekonomi kepada kalangan awam yang sama sekali tidak pernah bersentuhan dengan buku teks wajib melalui penjelasan verbal dan analogi yang disampaikan secara unik lewat gaya bahasa menggelitik. Adapun, hal yang perlu diingat adalah perbedaan antara learning dan studying. Yang pertama mungkin dapat dilakukan melalui media alternatif seperti ini, namun apabila seseorang menghendaki pemahaman yang mendalam dan komprehensif (hanya melalui study) tak pelak orang itu harus menghadapi serangkaian penjelasan dalam materi-materi di dalam buku maupun paper yang lebih rinci.
2 comments:
anyway thanks udah taruh link Ekonom Gila di blog ini :D.
Semangat untuk terus menulis ekonomi :P
Menarik dan inspiratif gann!
Thank you for sharing
-Amru-
Post a Comment