22 February 2011

Minutes of Discussion - Konkowiken 18 Februari 2011

Berikut adalah notulensi acara #konkowiken pada 18 Februari 2011.
Pembicara: 1. Antasari Putra (Kementerian Perindustrian) dan
2. Arief R. Hakim (Nasional Demokrat)
Moderator: Aditya P. Alhayat (Kementerian Perdagangan)
Tema: Industri di Indonesia
1. Pada kesempatan kali ini @antasaru (Sdr. Antasari) mengawali dengan pemaparan sejarah dan perkembangan pembangunan sektor industri di Indonesia.
2. Istilah ”industri” dalam diskusi ini adalah industri sektor non-migas

3. Untuk mengefisienkan pemanfaatan waktu, sejarah industri dibahas sejak awal Orde Baru yakni sejak dimulainya era Repelita I (1969-1974).
4. Penyusunan Repelita ini mengacu pada Rostovian take-off model (atau sering disebut "Rostow's Stages of Growth") yang merupakan model perencanaan standar (textbook) untuk menyesuaikan fase pertumbuhan ekonomi.
5. Beberapa kelemahan yang terdapat dalam struktur industri adalah:
  1. Industri Sedang/Besar bersifat padat modal sedangkan UKM bersifat padat karya.
  2. Kurang keterkaitan antar Industri dengan Sektor Pertanian
  3. Kebanyakan Industri manufaktur memproduksi barang konsumsi dan sedikit barang modal yang diekspor.
  4. Kebanyakan industri manufaktur berproduksi kurang efisien sehingga sukar bersaing di pasar luar negeri.
6. Tidak seperti industri migas yang selalu menunjukkan pertumbuhan negatif, sektor industri selalu berada pada pertumbuhan positif namun menunjukkan penurunan yang cukup dramatis sejak tahun 2004 hingga sekarang.

7. Dengan membandingkan sumber data lain, yakni data makro Struktur PDB menurut Lapangan Usaha diketahui bahwa sektor industri pengolahan menunjukkan kontribusi yang menurun terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto.
8. Data runtun waktu menunjukkan fluktuasi PDB dan sektor industri sejak 1997 s.d. triwulan III 2010. Kedua variabel menunjukkan pergerakan yang searah mengindikasikan keterkaitan erat antara keduanya.

9. Dilihat dari lapangan usaha, pertumbuhan industri pengolahan menunjukkan persebaran dan fluktuasi yang bervariasi. Pada triwulan III 2010, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh peralatan, pupuk kimia, dan makanan/minuman.
10. Begitu pula dari perspektif share/kontribusi, 3 Sektor industri yang memiliki kontribusi terbesar sejak 1995 hingga Triwulan III 2010 terhadap total industri pengolahan adalah sebagai berikut:
  1. Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau (34,34%)
  2. Industri Alat Angkut, Mesin dan Peralatannya (28,14%)
  3. Industri Pupuk, Kimia & Barang dari Karet (12,42%)
11. Apabila melihat arus barang, diketahui laju ekspor non migas menunjukkan tren pertumbuhan positif antar waktu.
12. Begitu pula dengan laju impor komoditi non migas yang selalu meningkat sejak 2004. Namun selisih antara ekspor dan impor masih menunjukkan nilai positif.
13. Dari perspektif pelaku usaha, sektor industri non migas masih memiliki nilai atraktif tidak hanya bagi investor lokal namun juga investor mancanegara. Data Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sektor industri menunjukkan fluktuasi realisasi PMDN sejak 2004.
14. Data realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) sektor industri menunjukkan tren yang tidak terlalu fluktuatif namun dengan nilai selalu lebih rendah dibandingkan dengan PMDN.
15. Tabel struktur industri (2005-2009) berikut menunjukkan tiga hal penting yaitu:
1) Peningkatan unit usaha yang terdaftar secara resmi
2) Peningkatan jumlah tenaga kerja
3) Peningkatan PDB riil

16. Ditinjau dari persebaran lokasi usaha, grafik berikut menunjukkan dominasi Pulau Jawa sebagai lokasi industri (75%) diikuti oleh Sumatera yang hanya mencapai 18,3%.
17. Di Pulau Jawa, industri terkonsentrasi di provinsi Jawa Barat (diukur dari besaran PDRB dan share terhadap PDB) dan provinsi Jawa Tengah (dilihat dari banyaknya jumlah unit usaha).
18. Di luar Jawa, industri kebanyakan berada di provinsi Sumatera Utara (dari sisi perhitungan PDRB dan share terhadap PDB), dan provinsi Sulawesi Selatan (dari sisi jumlah unit usaha).
19. Adapun, tren menunjukkan lokasi industri favorit masih dipegang oleh Pulau Jawa dari waktu ke waktu.
20. Dengan menggunakan definisi penduduk bekerja sesuai Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), diketahui pola pertumbuhan penduduk yang bekerja di sektor industri menunjukkan laju positif. Sedangkan sektor pertanian menunjukkan penurunan penyerapan tenaga kerja.
21. Dilihat dari jenis industrinya, terdapat variasi tren jumlah tenaga kerja sebagai komponen/faktor produksi. Secara umum, terdapat laju peningkatan penyerapan tenaga kerja yang positif dari 2004 s.d. 2009.
22. Mengenai gejala deindustrialisasi di Indonesia, terdapat anomali dari indikator-indikator yang seharusnya menjadi karakteristik umum deindustrialisasi seperti:
  1. Tingkat penyerapan tenaga kerja ke sektor industri makin menurun.
  2. Menurunnya kontribusi sektor industri terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
  3. Penurunan jumlah perusahaan yang bergerak di sektor industri
23. Sedangkan definisi deindustrialisasi sendiri menurut Prof Mudrajad Kuncoro (Guru Besar FEB UGM) adalah “Menurunnya peran industri dalam perekonomian secara menyeluruh”.
Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja ke Sektor Industri Makin Menurun
24. Memang jika ditelisik lebih lanjut, terdapat penurunan tingkat efektifitas serapan tenaga kerja untuk sektor industri dalam negeri jika dibandingkan dengan efektivitas tenaga kerja di sektor lain seperti pertanian, pertambangan, dan jasa.
25. Berdasarkan catatan LIPI, pertumbuhan serapan tenaga kerja di sektor industri pada kurun waktu 1990-1999 mencapai 5 persen. pada kurun waktu 2000-2009 yang hanya 1,1 persen.
26. Pertumbuhan penyerapan tenaga kerja sektor pertanian dalam waktu 2000-2009 tumbuh 1 persen, naik dibandingkan kurun waktu 1990-1999 yang berada di kisaran -1 persen.
27. Pertumbuhan serapan tenaga kerja sektor jasa pada kurun waktu 1990-1999 mencapai 1,8 persen dan meningkat hingga menyentuh angka 3,2 persen pada kurun waktu 2000-2009."
Menurunnya Kontribusi Sektor Industri terhadap Pertumbuhan Ekonomi Nasional
28. Kontribusi sektor jasa melesat jauh meninggalkan sektor pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan atau industri.
29. Kontribusi sektor jasa di tahun 2000 mencapai 37,5 persen di tahun 2000, di tahun 2009 kontribusinya mencapai 45 persen dari pertumbuhan ekonomi nasional.
30. Sektor industri pada tahun 2000 memberikan kontribusi 27,5 persen dan sekarang kontribusinya hanya sedikit diatas 25 persen.
31. Kontribusi sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan mengalami pelambatan. Pada tahun 2000, kontribusinya sebesar 15 persen namun angka ini menurun dan hanya mampu memberikan kontribusi 13 -14 persen pada tahun 2009.
Debunking Deindustrialisasi
32. Gejala deindustrialisasi di Indonesia menjadi diskursus panjang-lebar karena dihadapkan dengan fakta-fakta berikut:
Industri Otomotif
33. Penjualan mobil, tumbuh 57 %, dihitung dari jumlah unit mobil yang terjual, bukan dari nilai penjualannya.
34. Pada 2009, penjualan mobil di Indonesia mencapai 486 ribu unit, sedangkan sampai akhir November jumlah penjualan mobil telah mencapai 690.000 unit, lebih tinggi dibanding penjualan sepanjang 2008 yang menjadi rekor sampai hari ini dengan 607.000 unit. Untuk keseluruhan Tahun 2010 penjualan mencapai 764 ribu unit.
35. Penjualan motor juga meningkat 25 persen, yaitu dari 5,88 juta unit di tahun 2009 menjadi 7,36 juta unit pada 2010.
36. Pabrik Nissan meningkatkan kapasitas menjadi 100.000 unit meskipun penjualan tahun ini belum mencapai 50.000 unit yang menjadi kapasitas mereka saat ini.
37. Volkswagen akan berinvestasi dengan membangun pabrik berkapasitas 50.000 unit.
38. Mercedes Benz bahkan berencana membuat pabrik perakitan dengan kapasitas sampai 60.000 unit per tahun, termasuk untuk memenuhi pasar Asia
Barang konsumsi
39. Penjualan peralatan rumah tangga, seperti televisi, lemari es, alat penyejuk ruangan, dan peralatan rumah tangga lainnya, juga naik lumayan tinggi tahun 2010. Sebuah perusahaan peralatan elektronik menyampaikan bahwa omzet penjualan perusahaan mereka naik 15 persen.
40. Demikian pula industri barang konsumsi, seperti Unilever, Wings, Indofood, dan sebagainya juga mengalami pertumbuhan penjualan, paling tidak di sekitar 10 persen. Industri pendukungnya seperti pabrik karton (corrugated box), pabrik plastik kemasan, dan sebagainya juga ikut meningkat signifikan.
41. Di industri tekstil, yang dikatakan mengalami pertumbuhan negatif, ternyata masih memunculkan perkembangan positif. South Pacific Viscose (SPV), salah satu dari dua perusahaan rayon besar di Indonesia (satu lagi adalah Indobharat) anak perusahaan dari Lenzing Group Austria yang merupakan produsen bahan baku tekstil, tahun 2010 baru saja meresmikan pabrik keempatnya di daerah Subang. Karena itu, SPV menjadi salah satu produsen rayon terbesar di dunia.
42. Sebelum terjadi kenaikan harga kapas yang gila-gilaan akhir tahun 2010 ini, banyak pemintalan di Indonesia yang berekspansi, baik dengan membangun pabrik baru maupun mengganti mesin ke arah yang lebih efisien.
43. Industri elektronik bahkan banyak yang melaporkan tumbuh 15–30 persen
44. Sektor industri transportasi (yang di dalamnya termasuk industri mobil dan sepeda motor) dalam industri manufaktur kita memiliki share 23 persen (Data Strategis BPS tahun 2009, di mana subsektor industri peralatan, mesin, dan perlengkapan transportasi menghasilkan nilai tambah Rp 346 triliun, sementara seluruh industri manufaktur termasuk migas menghasilkan nilai tambah Rp 1,481 triliun).
45. Jika industri mobil menghasilkan pertumbuhan 54 persen dan industri sepeda motor menghasilkan pertumbuhan 20 persen, maka dengan asumsi kedua industri tersebut sama besarnya, diperoleh pertumbuhan 37 persen.
Jenis-jenis industri yang mengalami pertumbuhan produksi lebih dari lima persen pada tahun 2010 dari tahun 2009 adalah industri:
46. Kendaraan Bermotor, naik 19,59 persen.
47. Alat Angkutan selain Kendaraan Bermotor Roda Empat atau Lebih, naik 15,36 persen.
48. Kulit dan Barang dari Kulit dan Alas Kaki, naik 10,22 persen.
49. Radio, Televisi dan Peralatan Komunikasi Lainnya, naik 9,02 persen.
50. Penerbitan, Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman, naik 8,76 persen.
51. Mesin dan Perlengkapannya, naik 6,63 persen.
52. Makanan dan Minuman, naik 6,41 persen.
53. Kimia dan Barang-Barang dari Bahan Kimia, naik 5,34 persen.
Jenis-jenis industri yang mengalami penurunan produksi pada tahun 2010 dari tahun 2009 adalah industri:
54. Kayu dan Barang-Barang dari Kayu, turun 5,43 persen.
55. Mesin Listrik Lainnya dan Perlengkapannya, turun 3,64 persen.
56. Kertas dan Barang dari Kertas, turun 2,01 persen.
Perkembangan Sektor Industri di Indonesia dari Perspektif Historis-Teori
57. Sektor industri di Indonesia hanyalah menjadi pelengkap (negara periferi) bagi negara maju sebagaimana termaktub dalam teori strukturalis.
58. Hal ini bisa diubah jika RI mau mencontoh China yang melakukan strategi “Great Leap Forward” dan menerapkan “creative destruction” seperti diresepkan oleh Schumpeter.
59. Kemajuan sektor industri tidak sebatas pada pemberian fasilitas atau insentif namun diperlukan dukungan holistik dari sektor lainnya, sebagaimana dicontohkan China yang berhasil mengeradikasi tingkat korupsi atau India yang menekankan pada kemajuan sektor pendidikan.
60. Sejarah permulaan pembangunan sektor industri di Indonesia memiliki akar yang berbeda. Jika negara-negara Barat mengawalinya dengan penemuan-penemuan serta Revolusi Industri, di Indonesia lebih banyak dimotivasi oleh upaya mencapai strategi import substitution yang kemudian berangsur-angsur menjadi kebijakan export oriented.
61. Perubahan sistem ekonomi dan sistem politik juga memerlukan strategi khusus sebagaimana dilakukan oleh China yang menerapkan keterbukaan ekonomi terlebih dulu atau India yang melaksanakan demokrasi terlebih dulu.
62. Sistem politik dan tata pemerintahan di Indonesia saat ini memang kurang favourable terhadap pembangunan umumnya maupun perkembangan industri khususnya, namun hal ini tidak serta-merta dapat dijadikan sebagai sasaran kambing hitam segala kesalahan atau dijadikan sebagai black box karena pilihan ini sudah menjadi kesepakatan dan merupakan konsekuensi yang harus dijalani bersama dan tidak dapat diputar balik.
63. Dukungan sektor perbankan dan keuangan terhadap sektor industri sangat tergantung pada daya tarik investasi serta jaminan kelangsungan usaha. Pada beberapa kasus, hal ini memerlukan Pemerintah menjadi inisiator serta pemberi insentif sehingga sektor perbankan dan keuangan tidak jeri melakukan kemitraan usaha dengan sektor riil.
Kesimpulan
1. Sektor industri di Indonesia mengalami tantangan yang cukup serius. Selain perdagangan bebas dan persaingan global, masih terdapat hambatan internal seperti kurangnya fasilitas pendanaan hingga permasalahan infrastruktur masih membelenggu perkembangan sektor industri.
2. Pemerintah RI sudah menyiapkan strategi-strategi seperti memberikan fasilitas-fasilitas pendanaan, pembangunan infrastruktur yang mendukung interkonektivitas antar daerah serta perencanaan jangka panjang berupa pembangunan sentra industri berupa 6 (enam) koridor ekonomi yang menekankan pada spesialisasi di setiap daetah yang berbeda.
3. Peran masyarakat kelas menengah diharapkan tidak hanya sebagai pengguna atau konsumen namun dapat menjadi suatu agen perubahan melalui semangat kewirausahaan yang dibekali dengan modal keilmuan dan nuansa kreatif.
4. Perbaikan sistem politik dan peningkatan kapasitas pelaku politik diharapkan dapat mengatasi kendala (bottleneck) dalam pengelolaan kebijakan terutama yang berkaitan dengan perencanaan dan penganggaran.
5. Perbaikan koordinasi lintas sektor dan hubungan pemerintah Pusat dengan daerah juga perlu diperkuat namun tetap berada dalam konteks desentralisasi dan negara kesatuan.
6. Penegakan hukum dan aturan main yang jelas diharapkan mampu mendukung upaya revitalisasi sektor industri di tanah air. Praktek-praktek merugikan seperti korupsi, transfer pricing, dan penyelundupan selayaknya dibasmi tuntas.

1 comment:

ryan said...

ya ampun model pertumbuhan rostow begini masih dipake? model pertumbuhan yg terinspirasi rasa takut atas pengaruh soviet, model yg memungkinkan banjirnya duit asing (utang dan hibah) ke negara dunia ketiga, model yg membuat pembuatnya sukses menjadi penasehat ekonomi JFK...