06 June 2011

Economists' Reading List

Informasi dan berita mengenai ekonomi senantiasa menghiasi tajuk dan kolom pemberitaan di media massa. Hal ihwal perdagangan, perbankan, keuangan, dan topik lainnya selalu menjadi fokus dan pembahasan dalam setiap edisi. Selain dari tulisan redaksi, berbagai pengamat dengan bermacam latar belakang juga hampir selalu hadir untuk mengomentari maupun memberikan analisis tajam atas berbagai fenomena dan peristiwa yang baru terjadi. Para pembaca yang berasal dari berbagai kalangan seperti investor ataupun masyarakat awam tidak luput untuk memberikan perhatian bahkan terkadang ikut serta berpartisipasi memberikan tanggapan.
Banyak media yang mengambil spesialisasi pada pemberitaan ekonomi, meskipun demikian media massa umum juga menunjukkan kebonafidan substansi berita dengan line-up redaksi khusus yang handal. Tulisan ini akan menampilkan berbagai contoh media cetak massal khusus dalam bidang ekonomi yang berperan banyak sebagai opinion leader maupun news maker.
Sejarah penerbitan harian khusus ekonomi diwarnai oleh raksasa dan pionir seperti Wall Street Journal (WSJ) yang berbasis di Amerika, Financial Times (FT) dan The Economist yang berbasis di Inggris. Di luar itu, masih terdapat Business Week. Beberapa terbitan yang tidak spesifik ekonomi seperti Newsweek, Foreign Policy, dan Time juga sering menampilkan op-ed terkait isu-isu ekonomi. Media tersebut memang diawali sebagai terbitan cetak, namun seiring dengan perkembangan zaman mereka juga menampilkan edisi online yang dapat dikunjungi melalui berbagai macam gadget. Khusus untuk wilayah Asia, dulu terdapat publikasi besar Far Eastern Economic Review (FEER) yang menerbitkan final issue pada Desember 2009.
Channel TV khusus mengenai ekonomi seperti Bloomberg atau CNBC tampaknya masih menjadi acuan para pemirsa maupun investor di Wall Street. Stasiun TV ini pada umumnya juga terkadang menghadirkan tokoh terkemuka seperti George Soros atau Joseph Stiglitz untuk mengupas tuntas berbagai persoalan perekonomian dunia. Diskusi dan debat juga sering diadakan oleh stasiun TV konvensional seperti CNN dan BBC dengan mendatangkan para pakar dan praktisi.
Yang menarik adalah, hampir seluruh media tersebut memberikan porsi lebih pada industri finansial/keuangan. Hal ini jamak terjadi karena perkembangan situasi industri ini yang sangat dinamis dan bersifat global. Dalam industri media, kebijakan penulisan berita juga tidak selalu netral, bahkan selalu memiliki kecenderungan untuk mendukung aliran politik/ekonomi atau kebijakan dan seringkali memiliki stance yang berubah-ubah, di lain tempat kemungkinan ada media yang bertindak selaku oposan dalam pemerintahan.
Saat ini, masyarakat lebih banyak memiliki pilihan selain media terkenal diatas. Beberapa blog yang dirilis oleh ekonom, akademisi, praktisi maupun pemangku kepentingan bidang ekonomi menghiasi jagat internet. Greg Mankiw, Paul Krugman, Dani Rodrik, William Easterly, Dan Ariely, dan Jeffrey Sachs adalah beberapa tokoh yang aktif menyumbangkan pemikirannya melalui blog pribadi mereka. Tak jarang komenta rdan tanggapan dari para pengunjung blog ditanggapi serius sehingga mirip seperti pada situasi diskusi ilmiah. Beberapa ekonom juga memperluas “peredaran”-nya dengan berkicau di jaringan twitter. Media sosial seperti blog dan twitter juga dimanfaatkan kegunaannya oleh lembaga internasional seperti Bank Dunia dan IMF dalam rangka memberikan informasi secara aktif kepada khalayak.
Untuk pembaca serius, dapat mengakses jurnal ilmiah. Beberapa yang paling terkenal adalah terbitan National Bureau of Economic Research (NBER), American Economic Association (AEA), Royal Economic Society (RES). Sedangkan untuk literatur bisnis (non-ekonomi) dapat mengakses Harvard Business Review. Selain itu, jurnal ilmiah kebanyakan ditampung oleh pusat studi maupun fakultas ekonomi dari berbagai universitas kenamaan. Publikasi ilmiah juga ditampung dalam jaringan penyimpanan virtual dan penyedia layanan akses seperti JSTOR atau EBSCO.
Di Indonesia, oplah media massa khusus ekonomi didominasi oleh terbitan dengan frekuensi mingguan seperti Warta Ekonomi, Info Bank, Trust, Kontan. Untuk publikasi harian, Investor Daily Indonesia, Bisnis Indonesia, dan Neraca adalah yang memiliki sirkulasi terbesar. Beberapa media mainstream seperti Kompas, Media Indonesia, Republika, dan Jawa Pos juga memberikan perhatian khusus pada kolom pemberitaan ekonomi dengan memberikan ruang yang cukup besar serta memiliki desk atau tim khusus tersendiri. Majalah mingguan Tempo baru-baru ini menyisipkan suplemen khusus bertajuk The Indonesian Financial Services bekerjasama dengan lembaga Independent Research & Advisory Indonesia. Hal yang menarik ditemui akhir-akhir ini adalah artikel bertemakan ekonomi juga dapat ditemui pada majalah atau terbitan yang sebelumnya bertema gaya hidup atau entertainment seperti Playboy Indonesia atau Esquire yang pernah memuat tulisan Poltak Hotradero (Analis Bursa Efek Indonesia), Fadhil Hassan (INDEF), dan Fauzi Ichsan (Kepala Ekonom dari Standard Chartered).
Jurnal ilmiah khusus ekonomi umumnya diterbitkan oleh fakultas ekonomi di berbagai universitas atau institusi publik di Indonesia seperti Jurnal Ekonomi dan Pembangunan dari FE UI, Jurnal Ekonomi Bisnis Indonesia dari FEB UGM, Jurnal Prisma dari Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), dan Buletin Ekonomi Moneter Perbankan dari Bank Indonesia. Akreditasi atau ISSN adalah komponen terpenting sebagai pengakuan ilmiah atas publikasi yang diterbitkan, biasanya diberikan oleh institusi resmi yang ditunjuk sebagai wadah (clearing house) seperti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) atau Kementerian Pendidikan Nasional.
Kemajuan teknologi informasi membuka peluang pertukaran informasi menjadi lebih besar dari yang terbayangkan sebelumnya. Hal ini dimanfaatkan oleh sejumlah ekonom, akademisi, pengamat, scholar, maupun peminat ekonomi untuk memperluas wawasannya dengan forum diskusi informal melalui blog atau website khusus. Pembaca tidak perlu khawatir menemui angka-angka berderet, tabel-tabel, grafik, diagram yang rumit karena sebagian besar tulisan menggunakan bahasa publik dengan analogi yang dapat diterima masyarakat umum. Istilah-istilah catchy dan cerita-cerita populer lebih banyak beredar ketimbang analisis ekonomi meskipun idiom-idiom dan jargon khas ekonomi menyelip diantaranya. Beberapa blog bahkan tidak menyatakan diri untuk fokus pada satu bidang tertentu namun terkadang mengikutsertakan isu-isu atau bidang yang lebih terkesan informal dan santai.
Media berperan besar dalam membesarkan dan mempopulerkan para analis atau ekonom yang memberikan kontribusi aktif dan cerdas dalam menanggapi berbagai kejadian. Tren terbaru saat ini juga memberikan gambaran bahwa para pakar tersebut juga berperan aktif memberikan informasi kepada masyarakat melalui social media dengan gaya bertutur yang lebih renyah dipahami dan enak dicerna. Banyak nama-nama pengamat ekonomi yang dulunya menghiasi media massa akhirnya dipercaya menduduki pos-pos penting dalam pemerintahan maupun pemangku kepentingan.
All in all, saat ini media memberikan ruang khusus dan mendalam terhadap pemberitaan ekonomi namun fokus pemberitaan hanya berkecenderungan pada topik-topik konvensional. Hal-hal yang bersifat baru dan breakthrough seperti experimental economics dan behavioural economics masih jarang ditemui di publikasi umum. Isu-isu yang kurang “menjual” seperti pertanian, usaha kecil menengah, kemiskinan, dan sektor riil masih kurang mendapat tempat seperti halnya sektor industri finansial dan perbankan. Sebenarnya media massa memiliki peran penting selain dalam memberikan informasi dan edukasi kepada para pembaca atas isu tertentu, mereka juga berpotensi untuk memainkan peranan sebagai institusi yang mampu memberikan advokasi dan dukungan atas kebijakan atau peristiwa ekonomi tertentu, mereka juga bertindak selayaknya “pilar keempat” dalam proses check and balance di sistem demokrasi. Hal yang patut diperhatikan adalah independensi, selain isu intervensi pemilik modal media juga dihadapkan pada isu keberpihakan pada kasus-kasus pengambilan keputusan yang sangat penting seperti kasus privatisasi BUMN, bail-out bank bermasalah, atau rencana pencabutan subsidi BBM. (DW)


No comments: