Pembicara: Dhanie Nugroho dan Dharendra Wardhana
1. Melanjutkan sesi 2 minggu sebelumnya, kali ini @dhanie1 elaborasi pada data masyarakat kelas menengah dengan melakukan disagregasi menurut wilayah.
2. Data persebaran mayoritas klas menengah apabila diukur secara proporsi menunjukkan provinsi DKI Jakarta sebagai pemuncak dengan sekitar 95% sedangkan Provinsi NTT memiliki proporsi terendah dengan 29,5%.
3. Secara rata-rata, proporsi masyarakat kelas menengah menunjukkan angka 60,5%. Diluar angka ini merupakan masyarakat dengan kelas pengeluaran sangat tinggi atau sangat rendah (non-middle class group).
4. Apabila dilihat menggunakan ukuran nominal, Jawa Barat menjadi pemuncak dengan populasi sebanyak 25,8 juta penduduk sedangkan populasi paling sedikit berada di provinsi Gorontalo (312 ribu jiwa).
5. Temuan ini dikonfirmasi dengan analisis menggunakan growth incidence curve menggunakan data IFLS Panel yang menunjukkan bahwa selama periode 2000-2007, pengeluaran perkapita lebih banyak didominasi masyarakat kelas menengah ke bawah dibandingkan pada periode 1993-1997 yang menunjukkan konsumsi berada pada kelompok masyarakat persentil tertinggi yang mendominasi pertumbuhan pengeluaran.
6. Analisis pertumbuhan pengeluaran ini mengimplikasikan pertumbuhan yang bersifat pro-poor pada periode 2000-2007. Hal ini mendukung data populasi masyarakat kelas menengah yang mengalami peningkatan di akhir dekade 2000an seperti disampaikan di froum sebelumnya.
7. Hasil analisis data tersebut perlu ditelisik dan diperdalam untuk mengetahui seberapa riil dengan kenyataan di lapangan. Mengingat terdapat data dari Bank Dunia populasi yaitu populasi konsumsi kurang dari PPP USD 2 per hari sebesar 49% yang menunjukkan kerentanan.
8. Meskipun angka kemiskinan menunjukkan perbaikan dari waktu ke waktu (sumber data BPS yang menggunakan Susenas) namun persebaran populasi penduduk miskin masih terpolarisasi di kawasan tertentu, seperti Indonesia bagian timur, perdesaan, sektor pertanian, dan ekonomi informal
9. Dengan menggunakan perspektif yang lebih luas, kemiskinan tidak hanya didasarkan pada kemampuan dalam meningkatkan pengeluaran atau pendapatan melainkan juga akses terhadap kebutuhan dasar seperti fasilitas pendidikan, kesehatan, sanitasi, air minum, dsb.
10. Dipaparkan dalam forum ini, metode pengukuran kemiskinan secara multidimensi terdiri atas 3 dimensi (kesehatan, pendidikan, dan standar hidup) dan 11 indikator untuk menangkap seberapa ”sejahtera” masyarakat Indonesia sekaligus membandingkan dengan indikator kemiskinan yang ada selama ini.
11. Hasil penelitian @dar_dra (Dharendra, 2010) menunjukkan terdapat perbaikan indikator kemiskinan multidimensi dan indikator kesenjangan selama kurun 4 periode.
12. Data-data demografi menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia sedang memasuki era bonus demografi, yakni keadaan dimana populasi penduduk usia kerja lebih besar daripada tanggungan (anak-anak dan lansia).
13. Bonus demografi ini akan menjadi percuma jika tidak diimbangi dengan penciptaan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi sektor riil. Periode bonus ini hanya berlangsung selama kurang lebih 3 dekade (2010 s.d. 2030).
14. Proyeksi pertumbuhan penduduk Indonesia di masa depan akan didominasi penduduk yang lebih panjang harapan hidupnya dan didominasi wanita.
15. Perlu diingat bahwa panjangnya harapan hidup tidak berkaitan dengan kesejahteraan secara langsung namun perlu diantisipasi pula healthy life expectancy
No comments:
Post a Comment