Laboratorium ekonomi
Eksperimen dalam ilmu ekonomi, seperti halnya eksperimen dalam ilmu-ilmu lainnya, umumnya dilakukan di laboratorium. Nah, uniknya, laboratorium eksperimen ekonomi biasanya hanya memerlukan sejumlah komputer yang saling terkoneksi dan sejumlah partisipan (umumnya mahasiswa).
Lab eksperimen ekonomi di kampus saya Melbourne Uni |
Namun kini sudah ada sejumlah eksperimen yang dilakukan di lapangan (field experiment), misalnya dengan membagi suatu populasi menjadi dua sampel, control group dan treatment group, yang mana perbedaan hasil eksperimen diantara keduanya bisa dijelaskan oleh perbedaan perlakuan yang diterima keduanya. Esther Duflo adalah salah satu ekonom (perempuan) yang paling aktif untuk kategori eksperimen semacam ini.
Ekonom-ekonom awal yang mempopulerkan eksperimen dalam ilmu ekonomi diantaranya adalah Edward Chamberlin, Vernon Smith, dan Daniel Kahneman.
Daniel Kahneman |
Saat ini ada kecenderungan bahwa formalisasi ilmu ekonomi (baca: me-matematika-kan teori ekonomi) telah menjadi mainstream dalam pembelajaran studi ini, terutama sejak gebrakan Paul Samuelson di tahun 1947 dengan artikelnya yang berjudul "Foundations of Economic Analysis".
Nah, formalisasi ilmu ekonomi ini tentu diiringi dengan deretan asumsi, misalnya bahwa orang itu rasional, bahwa pilihan atas suatu barang itu konsisten, bahwa mengkonsumsi lebih banyak itu lebih baik, dan lainnya. Asumsi-asumsi ini penting agar model ekonomi yang dibuat bisa dipecahkan dengan "elegan". Tentu kemudian kita bertanya: apakah masalah-masalah ekonomi sehari-hari bisa disederhanakan sedemikian rupa sehingga sesuai dengan asumsi-asumsi yang digunakan itu?
Temuan-temuan eksperimen ilmu ekonomi
Eksperimen dalam ilmu ekonomi mencoba menjawab itu dengan membuktikan sejumlah batasan asumsi, teori baru, dan bahkan menggabungkan teori dari disiplin lain (utamanya psikologi) dengan teori ekonomi.
Eksperimen membuktikan bahwa, misalnya, manusia tidak selalu rakus dan egois (homo economicus). Sebaliknya eksperimen menunjukkan bahwa manusia cenderung tidak suka terhadap mereka yang mementingkan diri sendiri dan bersedia menerima kompensasi lebih sedikit demi menghukum mereka yang berlaku rakus dan egois. Ini artinya agen ekonomi memiliki sifat inequality aversion (menghindari ketimpangan pendapatan misalnya), bahwa fairness itu penting. Namun menarik disimak bahwa ada eksperimen lain yang menunjukkan bahwa pengorbanan seseorang pun ada batasnya, yang berarti ada hubungan non-linier antara kebersediaan berkorban dengan rasa keadilan.
Eksperimen juga menunjukkan bahwa "invisible hand" memang ada (dan efektif dan efisien!) dalam transaksi perdagangan, tentu syaratnya adalah ada cukup banyak penjual dan pembeli, dan bahwa pasar/market berjalan dengan baik.
Eksperimen membuktikan bahwa agen ekonomi cenderung bersifat resiprokal, artinya dia cenderung membalas perlakuan agen ekonomi lain, walaupun ini berakibat pada berkurangnya kompensasi yang diterima.
Eksperimen membuktikan bahwa tingkat kepercayaan (trust) jatuh jika kita berada dalam kelompok yang anggotanya tidak dikenal satu sama lain. Lebih jauh lagi, jika kita tetap percaya pada anggota kelompok itu (yang anggotanya tidak dikenal satu sama lain), kita justru akan merugi secara finansial.
Eksperimen juga menunjukkan bahwa partisipan yang memiliki latar belakang ilmu ekonomi cenderung lebih egois dan rakus!
Buat yang ingin sedikit merasakan eksperimen secara online (demo) bisa mencoba disini: http://veconlab.econ.virginia.edu/tddemo.php
Selamat malam dan selamat belajar :)
No comments:
Post a Comment