- Tweeps kali ini saya ingin ikut berkicau ttg pencabutan subsidi BBM. Masa saya yg dari dl belajar ekonomi malah tidak turut berpendapat?
- Saya rasa sudah banyak ekonom yg berargumen tentang knp subsidi BBM mesti dicabut. Ini dokumen resminya dari Wapres: http://sosialisasi-bbm.wapresri.go.id/
- Pada dasarnya subsidi BBM dicabut krn lebih menguntungkan org yg tidak miskin, dlm artian mereka yg mampu beli mobil/motor.
- Saya bilang org yg tidak miskin, krn mayoritas masyarakat Indonesia adalah kelas menengah: kaya engga, miskin juga engga.
- Subsidi BBM (aktual) mencapai hampir Rp200 triliun (20% dari APBN Pemerintah Pusat 2012, 2x lipat gaji & tunjangan PNS Pusat).
- Tweeps tentu sudah tahu soal subsidi ini, jd fokus saya adalah mencoba menjawab argumen2 yg sering muncul di permukaan.
- "Drpd cabut subsidi mending hapus korupsi." Pertama, jelas ini ada perbedaan dimensi krn subsidi dalam APBN dimensinya tahunan ...
- ... sementara korupsi sudah mengakar sejak puluhan tahun. Kedua, Korupsi bkn cm soal duit, tp jg soal mental, birokrasi, institusi, dll.
- Sementara subsidi BBM jauh lebih sederhana: APBN kita akan goyah jika tetap membayar subsidi sebegitu besar. Bgmn nasib program2 lain?
- Ketiga, harga BBM mengikuti harga minyak dunia. Artinya jika harga minyak dunia turun, ya harga BBM bisa jadi turun (pernah terjadi).
- "Pengeluaran utk BBM itu besar porsinya bagi rakyat miskin tp kecil bagi org kaya." Betul, tp ingat BBM bs dibeli siapa sj, miskin/kaya.
- Mengingat org miskin <20% penduduk, maka 80% sisanya-lah yg menikmati subsidi itu. Fair?
- Kalo mau main devil’s advocate, sebenarnya pos belanja kaum miskin itu seperti apa sih? Ada studi kl kaum miskin diberi subsidi uang...
- ... uang itu bukan buat beli makanan pokok, tp buat makanan yg lebih "mewah", plus hal2 lain kayak rokok.
- Nah saya pernah denger kalo porsi buat rokok & pulsa hp besar. Knp ga protes k Sampoerna & Telkomsel kalo gitu? Rokok + pulsa mahal lho.
- "Drpd cabut subsidi mending naikin pajak." Sama seperti korupsi, ada perbedaan dimensi disini. Naikin penerimaan pajak tdk bs seketika.
- Lagipula, yakin lo mau dipajaki lagi sama pemerintah?
- Ingat Indo beruntung bs tumbuh 5-6% di tengah krisis global. Ekonomi tumbuh artinya penerimaan pajak cukup besar, bayangkan jika resesi.
- “BBM naik tapi transport jelek.” Apakah dengan BBM tidak naik transport jadi baik? Counterfactual...
- Justru dengan BBM naik maka ada keleluasaan anggaran utk membenahi transport. Walau diakui kl pajak kita ga earmarked utk transport dll.
- “Harga BBM > harga sekali makan, tidak seperti di luar negeri dimana harga BBM<makanan.” Luar negeri mana dulu? Di Filipina...
- ... di Filipina harga BBM (tanpa subsidi) sekitar Rp12 ribu, harga Big Mac sekitar Rp25 ribu, sama seperti di Indonesia. Lebih parah.
- Kalo perbandingannya dengan negara maju jelas tidak fair, namanya juga negara maju pendapatannya pasti tinggi juga, biaya hidup jg tggi.
- Kl bandingin dg Saudi atau Venezuela juga sama saja bohong, secara 2 negara itu eksporter minyak sementara Indonesia importir BBM.
- “BBM naik, harga2 naik, beban hidup naik.” Ini memang problem paling besar. Masalahnya, apa opsi lain pemerintah?
- Naikin pajak & berantas korupsi? Tdk bisa dlm waktu dekat. Potong anggaran? Sudah dilakukan (paling tdk menurut dokumen Wapres diatas).
- Hutang dlm negeri? Surat utang negara udah byk diterbitkan, kita tidak mau sembrono menerbitkan tanpa yakin kita bs bayar bunga+pokok.
- Pinjam lembaga asing (World Bank)? Apa yakin WB mau kasih pinjaman secara mereka yg advocate hapus subsidi.
- Do nothing? Berarti hrs ada pos2 lain yg dikorbankan, korban kuantitas maupun kualitas. Subsidi nambah Rp53 triliun itu banyak bung!
- “BBM naik tapi tidak ada jaminan sosial.” Reverse causality: terbatasnya jaminan sosial krn keterbatasan anggaran.
- Sangat menggoda bagi kita untuk mengait2kan isu BBM dengan isu2 lain seperti jaminan sosial, transportasi, listrik, renewable energy...
- ... masalahnya, semua “meminta” duit: jamsos butuh duit, begitu pula utk transport umum & energi terbarukan. Jika semua “meminta” duit..
- Trus duit siapa dong yg dikorbankan? Zero-sum game. Jika mau subsidi BBM, ya yg lain mesti berkorban, entah transportnya atau jamsosnya.
- Akhirul kalam, jika saya ditanya apakah suka BBM naik? Jelas jawabnya TIDAK. Siapa sudi membayar lebih mahal untuk barang yang sama?
- Tapi jika pertanyaannya “apakah sebaiknya harga BBM naik?” Maka jawabnya, YA. “Paradoks” ini adl cerminan dari teori ekonomi...
- Konsumen (kaya-miskin) ingin dpt untung sebanyak2nya, sementara pemerintah ingin redistribusi kekayaan (si kaya ke si miskin via APBN).
- Jika pemerintah terbelenggu dengan APBN maka tidak ada cara lain selain memotong pos yg paling tidak tepat sasaran: subsidi BBM.
- Sengaja saya tidak berkicau tentang BLT dan isu2 politik, biarlah mereka yg tau soal itu yg bercerita :)
- Sekian twit saya kali ini. Terima kasih. *siap2 dicap neolib, ga populis, dan ga merakyat*
04 April 2012
Tentang subsidi BBM
Subscribe to:
Posts (Atom)