29 July 2011

Pentingkah Siami?

Pembaca yang aktif di situs jejaring sosial tentu menyadari fenomena "Koin untuk ..." (isi "..." dengan nama seseorang yang saat itu sedang populer karena suatu masalah), yang muncul dengan berbagai variannya. Yang terbaru, misalnya, perlakuan diskriminatif yang diterima Siami, memicu munculnya berbagai komentar, grup, tweets, dan pemberitaan luas di media massa. Saya yakin ada sebagian dari pembaca yang bertanya kenapa Siami mendapat begitu banyak perhatian dari masyarakat? Bukankah ada banyak korban-korban lain yang mungkin memiliki tingkat keparahan yang lebih tinggi? Sederhananya, kenapa masyarakat--pada satu waktu--lebih suka menaruh perhatian ke satu individu tertentu daripada ke suatu kelompok?


Kali ini saya ingin membahas ini dengan menyontek satu bab tentang empati dan emosi dari buku karangan Dan Ariely, salah satu proponen Behavioral Economics, yang berjudul The Upside of Irrationality.

19 July 2011

Hubungan Panjang Kemaluan dan Pertumbuhan Ekonomi

Beberapa menit lalu saya baca satu paper dari ekonom University of Helsinki yang tulisannya di-retweet oleh Bill Easterly. Berikut kutipan dari tweets saya (maaf kalau tidak disajikan dengan terstruktur):

@bill_easterly: Penis Size and Economic Growth: I checked whether I'm getting punk'd & it seems to be for real 

baru baca abstrak & kesimpulan paper ini -->  judulnya "Male Organ and Economic Growth: Does Size Matter?" *serius*


pengarangnya Tatu Westling dari University of Helsinki, Discussion Paper No. 335 July 2011. download paper disini --> 

16 July 2011

Good Governance dalam perjalanan awal demokrasi

Membaca media massa akhir-akhir ini membuat saya sedikit prihatin. Keadilan semakin terombang-ambing di tengah ketidakpastian dan ketidaktegasan dari sang pemangku kekuasaan. Kekuasaan yang seakan-akan telah menjadi bancakan para politisi YANG menjadi wakil rakyat yg terhormat. Pembagian kekuasaan memang menjadi kompromi politik ketika sang pemangku tidak memiliki keberanian dalam memformulasikan kebijakan non-populis-praktis. Kebijakan yang mungkin akan merugikan banyak pihak dalam jangka pendek, tetapi justru mendidik dan berpotensi menyelamatkan bangsa dari budaya ketergantungan atau bahkan budaya busuk layaknya pencuri.

Fenomena Nazaruddin mencuatkan polemik kebusukan politik yang mendera negeri ini. Sebagai seorang tokoh di dalam partai penguasa, sepak terjang bang Nazaruddin akan selalu terexpose. Yang menarik, tidak adanya kepastian proses hukum telah mengubah pola pandang masyarakat terhadap penguasa yang bercokol saat ini. Bahkan sebaliknya, kebingungan akan langkah yg ditempuh para penegak hukum telah menggerogoti kepercayaan itu sendiri. Kasus ini hanyalah satu dari sekian banyak contoh permasalahan yang tidak terpecahkan. Kasus cek pelawat yang hingga saat ini masih belum menemukan titik terang dimana Nunun berada, rekening gendut polri, hingga kasus yang sekian lama berlalu...lumpur Lapindo.


Sumber: matanews.com

Pengaturan Subsidi BBM, antara Keberanian - Kesungguhan dan Fatwa

Berikut ini adalah tulisan sdr. Komaidi (salah satu penggiat forum Konkowiken dengan spesialisasi bidang ekonomi energi) yang sudah dimuat sebelumnya di Harian Media Indonesia edisi Rabu, 13 Juli 2011 dalam rubrik Opini (halaman 15)



Pengaturan Subsidi BBM, antara Keberanian - Kesungguhan dan Fatwa

oleh: Komaidi, ReforMiner Institute (Media Indonesia, 13 Juli 2011)

Dalam menyelesaikan permasalahan subsidi BBM- masalah klasik yang sebenarnya hampir selalu berulang setiap tahun, pengambil kebijakan seolah telah kehabisan cara. Hal tersebut terlihat dari langkah pengambil kebijakan yang melibatkan lembaga yang secara subtantif tidak kapabel mengatur BBM bersubsidi.